Bagaimana SariWangi bisa Bangkrut?
Lalu mengapa perusahaan teh yang sudah berdiri sejak 1973 ini bisa pailit?
Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen mengaku cukup mengenal dengan keluarga pemilik perusahaan tersebut. Menurutnya kondisi perusahaan mulai menurun ketika merek Sariwangi dibeli oleh Unilever. Meskipun dia mengaku tidak mengetahui secara detil.
"Sebelumnya mulai menurun yaitu pada saat dibeli Unilever. Waktu itu masih Pak Alex (Johan Alexander Supit) yang pegang. Jadi mereka kerja sama produksi tapi kan mereknya dijual," tuturnya kepada detikFinance, Kamis (18/10/2018).
Unilever sendiri hanya membeli merek Sariwangi bukan perusahaannya pada 1989. Meski sebagai pemegang merek Sariwangi, Unilever masih mengambil pasokan dari SAEA.
"Jadi produk-produk Sariwangi yang ada di toko-toko itu sudah punya Unilever," tuturnya.
Semenjak saat itu, SAEA hanya menjual teh dalam bentuk bahan baku. Namun menurut Suharyo kinerja perusahaan mulai menurun.
Setelah Johan Alexander Supit meninggal pada 21 November 2015, kursi pucuk pimpinan diteruskan oleh anaknya Andrew Supit. Namun posisi tersebut tak lama diduduki oleh Andrew.
Kepada detikFinance, Andrew mengatakan sudah tak lagi menjadi Direktur Utama PT Sariwangi sejak 30 Oktober 2015. Perusahaan tersebut tersebut diambil alih oleh pihak asing.
"Saya sudah tidak menjadi Direktur Utama PT SARIWANGI A.E.A. sejak 30 Oktober 2015 semenjak perusahaan diambil alih oleh perusahaan asing di mana perusahaan asing tersebut menjadi pemilik PT Sariwangi A.E.A. dengan menguasai 70% saham perusahaan," katanya.
Sekedar informasi, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan kedua perusahaan itu pailit karena dianggap telah melanggar perjanjian perdamaian soal utang piutang dengan PT Bank ICBC Indonesia.
Setelah tagihan kredit utang bermasalah Bank ICBC Indonesia sepakat dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Total utang Sariwangi kepada Bank ICBC Indonesia saat itu mencapai US$ 20.505.166 atau sekitar Rp 309,6 miliar.
Namun sejak perjanjian itu pihak Sariwangi tidak memenuhi perjanjian dengan membayar cicilan utang. Hingga akhirnya PT Bank ICBC Indonesia mengajukan pembatalan perjanjian perdamaian
Berbarengan dengan Sariwangi, Bank ICBC Indonesia juga meminta pembatalan perjanjian perdamaian kepada PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung. Total utang perusahaan ini mencapai $2.017.595 dan Rp. 4.907.082.191.
Apa Hubungan SariWangi dengan Unilever?
PT Unilever Indonesia Tbk. menyatakan tidak memiliki hubungan bisnis dengan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (AEA).
Teh celup SariWangi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Bisnis teh SariWangi saat ini terus bertumbuh dan tetap diproduksi.
Adapun yang disebutkan pailit dalam pemberitaan di media masa adalah PT Sariwangi AEA. Perusahaan tersebut bukan merupakan bagian ataupun anak perusahaan dari PT Unilever Indonesia Tbk.
PT Sariwangi AEA memang pernah menjadi rekanan usaha Unilever untuk memproduksi teh celup SariWangi, namun hubungan bisnis tersebut telah berakhir. Dengan demikian, pailitnya perusahaan tersebut tidak ada dampak apapun terhadap Unilever dan teh celup SariWangi.
Selama 45 tahun teh Sariwangi telah hadir menghangatkan kebersamaan masyarakat Indonesia dan berkomitmen untuk selalu hadir ditengah keluarga Indonesia.
Referensi :
https://finance.detik.com/industri/d-4262474/kenapa-sariwangi-bisa-pailit
https://www.unilever.co.id/penjelasan-resmi-perihal-sariwangi.html